Ahmad Zakariya Al Ansori1
1 Student at Geological Engineering Department Gadjah Mada University, corresponding email ZAKARIYA_ADDIMMKI@yahoo.com
I. Pendahuluan
Sungai Boyong, Sungai Code dan Sungai Opak merupakan serangkaian sungai yang berhulu dari lereng Gunung Merapi dan bermuara di Samudra Hindia tepatnya di Pantai Samas Kabupaten Bantul. Sebagai hulu sungai adalah Sungai Boyong yang berada di sebelah selatan lereng Gunung Merapi sampai sekitar Kota Yogyakarta. kemudian Sungai Boyong ini berganti nama dengan Sungai Code yang mengalir di tengah kota Yogyakarta dari sebelah utara sampai dengan daerah Imogiri Kabupaten Bantul. Di daerah Pleret Imogiri Sungai Code ini kemudian bergabung dengan Sungai Opak yang seterusnya sungai ini bermuara di Samudra Hindia.
Letusan Gunung Merapi yang terjadi pada 2010 silam dapat dikatakan letusan yang cukup besar. Letusan ini lebih besar dibanding dengan letusan pada 1872. "Jika diukur dengan indeks letusan, maka letusan pada 2010 ini lebih besar dibanding letusan Merapi yang pernah tercatat dalam sejarah, yaitu pada 1872," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo di Yogyakarta, (Kompas, 9 November 2010). Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan besar indeks letusan adalah dari jumlah material vulkanik yang telah dilontarkan. Pada letusan 1872, jumlah material vulkanik yang dilontarkan oleh Gunung Merapi selama proses erupsi mencapai 100 juta meter kubik. Sementara itu, hingga kini jumlah material vulkanik yang telah dimuntahkan Gunung Merapi sejak erupsi pada 26 Oktober hingga sekarang diperkirakan telah mencapai sekitar 140 juta meter kubik. Material vulkanik yang dikeluarkan mengalir lewat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi, namun sebagian besar material vulkanik mengarah ke Kali Gendol. Selain Kali Gendol, material vulkanik hasil erupsi merapi juga mengalir ke sungai-sungai lain yang berhulu di lereng Gunung Merapi di antaranya adalah Sungai Boyong.
II. Geologi Umum
Morfologi
Secara umum Yogyakarta dan sekitarnya dibagi dalam enam satuan geomorfologi (Hendrayana, 1993 dalam Ahmad Zakariya, 2010), yaitu :
a. Satuan morfologi puncak Gunung Merapi
Satuan ini merupakan Puncak Merapi dengan ketinggian 1.200-2.633 m dpl. Bentuk bentang alam ini merupakan kerucut gunung api yang membentuk lembah-lembah sempit memanjang membentuk huruf “ V ”, menandakan stadium erosi masih dalam tahap muda. Pada morfologi ini mulai muncul pola penyaluran radier yang memancar keluar dari puncak Gunung Merapi.
Satuan morfologi ini memiliki kemiringan lereng terjal yaitu 25 %-40 %. Satuan ini tersusun oleh batuan hasil endapan vulkanik merapi muda terutama berupa breksi tuff dan endapan vulkanik merapi tua berupa aliran lava andesit dan basaltis. Muka air sungai pada umumnya jauh di dasar lembah dan dipasok oleh air tanah yang mulai terbentuk di daerah dengan kelerangan lebih tinggi pada satuan morfologi ini.
b. Satuan morfologi tubuh Gunung Merapi
Satuan ini terdapat di bagian bawah satuan lereng puncak Gunung Merapi yang merupakan lereng yang elevasinya 600-1.200 meter. Kemiringan lereng berangsur melandai ke arah barat dan selatan dan dibentuk oleh endapan Merapi Muda yaitu berkisar antara 18 %-25 %. Pola pengaliran yang terdapat pada daerah ini adalah sub-paralel dimana air sungainya dipasok oleh air tanah bebas.
c. Satuan Morfologi kaki Gunung Merapi
Satuan ini terbentang hingga dataran Yogyakarta ke arah selatan yang memiliki elevasi sekitar 400-600 m dan kemiringan kurang dari 15 %. Di daerah dengan ketinggian kurang dari 25 meter memiliki bentuk lembah yang menyerupai “V” dengan permukaan air sungainya relatif jauh di dasar lembah. Pola pengaliran yang berlaku di daerah ini berupa sub-dendritik yang mengalir pada satuan vulkanik G. Merapi Muda. Pada daerah ini terdapat penyebaran bahan letusan yang diangkut oleh air hujan. Di daerah ini memiliki sungai-sungai yang pada umumnya sudah berair dan sebagai jalur yang mengangkut bahan hasil letusan. Adapun sungai-sungai tersebut adalah Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Ledhok, Kali Krasak, Kali Gedhong, Kali Lamat, Kali Sat, Kali Senowo, Kali Srinsing, Kali Apu.
Pola penyaluran sungai secara keseluruhan adalah radial. Sungai di lereng bagian barat dan barat daya umunya bermuara di Progo sedangkan dari lereng timur dan selatan bermuara ke sungai Opak.
Stratigrafi
Menurut Van Bemmelen (1949) daerah Gunung Merapi dibagi menjadi dua satuan, yaitu satuan breksi andesit dan satuan batupasir tufaan.
1. Satuan Breksi Andesit
Satuan Breksi Andesit merupakan satuan yang tertua tersingkap, hal ini disebabkan pada daerah ini terjadinya struktur geologi yaitu pengangkatan. Penyusunan satuan ini terdiri dari breksi andesit, agglomerate dan lelehan lava (termasuk andesit dan basalt yang megandung olivin), (Bemmelen, 1949). Pada satuan ini terdapat batuan dengan resistensi tinggi terhadap pengikisan lahar hujan sehingga mempunyai tebing- tebing sungai yang terjal dan stabil, endapannya tersebar di daerah Turgor, Plawangan dan Kinahrejo.
2. Satuan Batupasir Tufaan
Satuan Batupasir Tufaan terbentuk setelah terjadi pengendapan satuan breksi andesit. Penyusun satuan ini berupa endapan tufa pasir dan breksi yang terkonsolidasi lemah. Banyak breksi yang tidak kompak yang merupakan hasil pengendapan sungai dan perombakan breksi lahar. Terdapat pula endapan longsoran dari awan panas. Penyebaran endapan batupasir tufaan ini merata di bagian puncak hingga kaki.
Provenance
Menurut Allen dan Allen (1990, 2005), yang dimaksud dengan provenance disini adalah the likely source areas of sediment for the basin, (kemungkinan area sumber dari suatu cekungan). Menurut Pettijohn (1957) yang dimaksud dengan Provenance adalah asal mula atau sumber yang di aplikasikan untuk endapan sedimen, terutama mengenai batuan sumber dari material yang terbentuk. Tiap tipe batuan sumber cenderung mempunyai sederetan mineral khusus, oleh karena itu kandungan mineral pada endapan sedimen dapat menunjukkan karakter dari suatu batuan induk. Namun komposisi dari suatu sedimen tidak hanya dipengaruhi oleh batuan sumber, namun juga dipengaruhi oleh kondisi iklim dan relief pada daerah tersebut.
Erosi pada umumnya merupakan proses lanjutan dari proses pelapukan terutama terjadi di daerah dengan relief yang tinggi. Material yang tererosi kemudian membentuk batuan dan fragmen mineral yang mengalami alterasi atau alterasi sebagian. Komposisi dari sisa proses pelapukan dan hasil sedimen sangat dipengaruhi besar oelh kondisi iklim serta relief pada batuan induk.
Iklim, pelarutan mineral lebih intensif pada daerah dengan iklim yang bersifat panas dan humid/ lembab dibandingkan pada daerah dengan iklim semi-arid atau dingin/ polar. Relief daerah asal partikel, mineral yang tidak setabil akan tetap ditemukan sedimen yang partikelnya berasal dari daerah dengan relief tinggi karena selalu ada suplai mineral dari batuan segar walaupun tingkat pelapukannya tinggi, sedangkan daerah dengan relief rendah umumnya batuan segarnya sudah tertutup batuan yang lapuk, sehingga hanya mineral yang stabil yang masih tersisa dan kemudian tertransport.
Jika diamati material yang terdapat disepanjang Kali Boyong, Kali Code dan Kali Opak sebagian besar merupakan material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi tahun 2010 silam. Material ini masih dalam keadaan lepas-lepas belum mengalami proses litifikasi (pembatuan) penuh. Material yang terdapat disekitar hulu Kali Boyong ukuran material mulai dari pasir hingga Bongkah. Mulai ke arah Kota Yogyakarta memasuki Kali Code material sedimen sebagian besar didominasi Pasir namun masih dijumpai kerikil atau kerakal. Namun memasuki daerah hilir dari Kali Code atau memasuki daerah penggabungan antara Kali Code dengan Kali Opak material sedimen yang dijumpai sebagian besar merupakan material berukuran pasir.
kandungan mineral yang terdapat pada material sedimen merapi meliputi kuarsa, biotit, feldspar, ampibole dan litik. Dari kandungan mineral ini dapat diprediksi bahwa jenis magma yang dihasilkan oleh Gunung Merapi adalah kelompok intermediate. Hal ini didukung dengan magma yang ada merupakan hasil dari proses Partial Melting yang berada di zona subduksi antara lempeng hindia yang menunjam ke bawah lempeng eurasia. Material yang dihasilkan melalui proses erupsi jenis eksplosif dan sebagian dalam bentuk aliran piroklastik. Material – material ini kemudian dialirkan melalui sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Salah satu sungai yang berhulu di Gunung Merapi adalah Kali Boyong dan Kali Gendol yang merupakan hulu kali Opak. Material vulaknik merapi ini mengalami transportasi ke arah hilir dengan terbawa oleh aliran sungai yang mendapat suplai air dari air hujan. Aliran material ini terkadang mengandung material sedimen sangat besar, sehingga aliran ini sering disebut sebagai lahar dingin.
Daftar Pustaka
Pettijohn, F.J, 1957, Sedimentary Rocks, Oxford & IBH Publishing CO: New Delhi, Bombay, Calcuta
Surjono, S.S, Hendra, D.A dan Winardi, Sarju, 2010, Analisis Sedimentologi, Pustaka Geo: Yogyakarta
Van Bemmelen, R.W.,1949, The Geology of Indonesia, Vol.1A, Government Printing Office, The Hauge, Amsterdam
Zakariya, Ahmad A.A, 2010, Laporan Fieldtrip Geomorfologi (Daerah Gunung Merapi-Perbukitan Gendol-Kulon Progo), Tidak diterbitkan, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar